Aduh sebetulnya banyak sekali yang akan saya ceritakan di blog-ku yang sederhana ini mengenai acara mudik kami yang 'kemrungsung' hihi, tapi basih ya. :D. Nanti sajalah .. sambil upload foto2 yang tidak seberapa banyak. Sebab, ngga ada pikiran untuk ceprat cepret di kampung halaman. Yang ada adalah asyik memamah biak segala makanan khas Solo and TA :).
Semalam ngobrol sama adikku yang kebetulan ada di rumah kami untuk mengawasi para ponakan sekaligus mau mengadu nasib di Jakarta, kadang ketawa ketewe jika ingat masa kita doeloe. Termasuk judul diatas. Judul diatas bukanlah judul lagu Gombloh atau lagu-lagu orang yang sedang jatuh cintrong, melainkan kisah nyata. Masih ingat betul, saat itu kira-kira berumur 7 tahunan, Dan Idul adikku 4 tahunan. Ibuku sedang ke luar kota penataran P4. Orba gitu loh hekekekk..P4 wajib kalee. :). Jika tidak hadir bisa-bisa dicoret dari Pegawe Negeri Sipil :D.
Waktu itu di seluruh negeri mungkin dihebohkan oleh ulah keji seorang Ibu tiri yang menganiaya anaknya hingga meninggal. Ari Hanggara. Hingga kisah nyata itupun di film-kan tahun 1986, salah satu pemainnya kalau ndak salah Dedy Mizwar. Inget ndak ? Hingar bingar kekuatan film itu sampai pula di desaku. Desa kecil di pinggir kota kecil mana mungkin ada bioskop ? Ya layar tancap lah hihihi. Malam itu kami bertiga (Bapak yang tumben tumbennya mau ngantar ke lapangan desa), saya dan Idul adekku. Dari rumah sudah menyiapkan beberapa makanan kecil dan minum. Salah satunya ya kacang 'shanghai' atau kacang sukro. dengan menggelar koran, kami bertiga dan beberapa tetangga asyik menikmati jalannya film, namun Idul yang masih kecil nampaknya sudah terkantuk-kantuk. Beberapa kacang sukro yang dimakannya jatuh, dan Idulpun meraba-raba tanah untuk mungutin kacang sukro lagi. Mungkin karena sayang ya, makanan jatoh. Sesuatu yang bulat itupun diemploknya. Nggak tahunya ..."wuek". Pak, opo tho iki, kok kacange ra enak!!". Bapakpun ambil korek...dan lihat buletan2 ditangan Idul. Bapak," lho ndukk...iku tai wedhuss....oleh tekan endi kowe?" ... Huekekeke ... Saya pun ngikik sama Bapak. Mungkin kambingnya di 'angon' di lapangan tersebut sebelum pilem digelar. Weleh Dul .. melasmen toh kowe :).
Semalam ngobrol sama adikku yang kebetulan ada di rumah kami untuk mengawasi para ponakan sekaligus mau mengadu nasib di Jakarta, kadang ketawa ketewe jika ingat masa kita doeloe. Termasuk judul diatas. Judul diatas bukanlah judul lagu Gombloh atau lagu-lagu orang yang sedang jatuh cintrong, melainkan kisah nyata. Masih ingat betul, saat itu kira-kira berumur 7 tahunan, Dan Idul adikku 4 tahunan. Ibuku sedang ke luar kota penataran P4. Orba gitu loh hekekekk..P4 wajib kalee. :). Jika tidak hadir bisa-bisa dicoret dari Pegawe Negeri Sipil :D.
Waktu itu di seluruh negeri mungkin dihebohkan oleh ulah keji seorang Ibu tiri yang menganiaya anaknya hingga meninggal. Ari Hanggara. Hingga kisah nyata itupun di film-kan tahun 1986, salah satu pemainnya kalau ndak salah Dedy Mizwar. Inget ndak ? Hingar bingar kekuatan film itu sampai pula di desaku. Desa kecil di pinggir kota kecil mana mungkin ada bioskop ? Ya layar tancap lah hihihi. Malam itu kami bertiga (Bapak yang tumben tumbennya mau ngantar ke lapangan desa), saya dan Idul adekku. Dari rumah sudah menyiapkan beberapa makanan kecil dan minum. Salah satunya ya kacang 'shanghai' atau kacang sukro. dengan menggelar koran, kami bertiga dan beberapa tetangga asyik menikmati jalannya film, namun Idul yang masih kecil nampaknya sudah terkantuk-kantuk. Beberapa kacang sukro yang dimakannya jatuh, dan Idulpun meraba-raba tanah untuk mungutin kacang sukro lagi. Mungkin karena sayang ya, makanan jatoh. Sesuatu yang bulat itupun diemploknya. Nggak tahunya ..."wuek". Pak, opo tho iki, kok kacange ra enak!!". Bapakpun ambil korek...dan lihat buletan2 ditangan Idul. Bapak," lho ndukk...iku tai wedhuss....oleh tekan endi kowe?" ... Huekekeke ... Saya pun ngikik sama Bapak. Mungkin kambingnya di 'angon' di lapangan tersebut sebelum pilem digelar. Weleh Dul .. melasmen toh kowe :).