Beberapa hari ini saya tercenung sendiri, bukan karena pekerjaan saya atau hal-hal lainnya, tapi hanya karena sebuah cerita dari seorang kawan baru. Huhuhu .. rasanya sebagai perempuan, akal sehat saya sulit menerima cerita hidupnya. Tapi .... itulah hidup. Mendengarkan ungkapan hatinya, miris tenan. Mbak yang sabar. Sepertinya hanya itu yang bisa saya ucapkan kala itu. Walaupun dalam hati kecil saya meringis. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana orang terdekat kita menyakiti secara emosi aka batin kita, dusta, khianat dg perempuan lain, dll. Kalau saya jadi kamu Mbak, saya ngga akan se sabar dan se nriman sampeyan. Nauzubillah. Kata si Mbak, trust pada pasangan hanya omong kosong, buktinya khianat. Tergantung pasangannya kali. Sik tak analisane Mbak ; Banyak faktor yang bermain disitu. Okelah sebagai pasangan kita tidak tahu kehidupan sosial pasangan kita di luar lingkungan kita. Palagi kalau pasangan sangat tertutup. Wes ... 1 kesempatan terbukaa. The other factor is iman, nek imane gak kuat yo wes wassalam. Lalu .. prestige, mungkin lho ya, yang ada dalam pikiran orang tsb, Nek ndak dugem, clubbing, pijet2, karaoke2 after office hour is ndesoo or katrok. Yo gundulmu kuwi sing ndesit! (lho kok penasehatnya ini yang ikutan panas). Heleh embuh Mbak ... ma'af saya ndak bisa mikir sejeru itu. Sebagai hamba Allah saya sarankan pasrah bin do'a. Lalu ada ungkapan protes ... gurung berusaha kok pasrah. Nah kuwi ...
"Ya Allah ... tunjukilah kami jalan yang benar, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat ...."